Gunung Prau Penuh Cerita

"Saya rindu. Bukan dengan puncaknya. Tetapi dengan suasananya. Dengan orang-orangnya saat itu. Dengan keyakinan antara ganjil genap. Tentang menaklukan ego juga diri sendiri. Dan tentang nikmat Allah SWT dan rasa syukur terhadapNya. Ya, saya rindu, sangant rindu."

Kangen banget sama kegiatan tracking setelah terakhir kali, 2 Oktober 2015 yang lalu Mt. Penanggungan - 1653 Mdpl Alhamdulillah berhasil mendapat cerita dan pengalaman baru di sana. Balik lagi dengan postingan baru dan tentunya dengan cerita baru dari kagung13. Kali ini Alhamdulillah dapet kesempatan membuat cerita di salah satu ketinggian di Jawa Tengah. Di Wonosobo Tepatnya, Dataran tinggi Dieng, Pastinya sudah pada familiar kan? Oke, Bukan Kawah Si Kidang, Telaga Warna, Atau Puncak Si Kunir yang yang akan diceritakan di sini. Tapi Si 2.656 Mdpl yaitu Mt. Prau.

Berawal dari ajakan seorang temen (Ikha) yang Agustus lalu ketemu di Mt. Lawu, plan diatur untuk menghabiskan akhir bulan menuju ketinggian. Yah, saat itu 27 November 2015, perjalanan dimulai menuju tujuan yang dituju. Semula plan berangkat sendiri, dan semuanya berubah ketika salah seorang teman (Zakky) meminta ikut. Alhamdulillah, dapat teman. Dan benar saja, entahlah apa jadi saya ketika kemarin jadi berangkat sendiri, bertahan sih insyaAllah bisa, tetapi repotnya itu lho, pasti bakalan panik ke sana kemari. Hehehehe. Ok, cukup basa basinya, kita mulai perjalanan kita dari kota Pahlawan Surabaya.

Kamis, 26 November 2015, Bus Jurusan Surabaya - Jogja mulai melaju dimana saat itu jam menunjukan pukul 22:00. Perjalanan dihabiskan untuk istirahat tidur dan sesekali terbangun untuk melihat suasana sekitar dari dalam bus. 8 jam berlalu, 05:30 kami sampai di Terminal Giwangan Jogjakarta. Rencana kami putus dengan mampir pulang ke Gunungkidul terlebih dulu dan teman sayapun tak keberatan dengan pertimbangan hari Jumat. Prepare peralatan dan juga logistik dengan pembagian tas carier 2 buah full, ditambah tas slempang kecil untuk wadah kebutuhan yang mobil.

Selapas Jumatan, 27 November 2015 pukul 13:15 perjalanan dimulai dengan menaiki bus Gunungkidul - Jogja yang memakan waktu 2 jam. Sampai kembali di Terminal Giwangan kemudian lanjut ambil Bus Jogja - Magelang (Bis tujuan Semarang) pukul 15:30. Perjalanan kira-kira 2 jam dari Jogja - Magelang, Langsung ambil Bus Magelang - Wonosobo pukul 17:45. Keadaan mulai tenang saat bis kami dapat. Sekedar Informasi Bus untuk jurusan Gunungkidul - Jogja maksimal jam 17:00, sedangkan bus Jogja - Magelang (jalur Semarang) agak simpang siur karena jalur Semarang se tetapi saya alokasikan jangan lebih dari jam 16:00, Karena Bus ke Wonosobo info dari kertet maksimal jam 19:00.

Sampailah di Wonosobo kami pukul 20:10. Dan sesuai perkiraan, tak ada lagi bus jurusan Dieng yang akan membawa kita ke BaseCamp Pendakian Gunung Prau (Patak Banteng). Terpaksa sebagai Backpacker Amatir, kami berdua memutar otak dan Alhamdulillah dilancarkan, seorang Ibu penjual makanan baik hati menunjukan Mushola yang lumayan besar untuk tidur dan dia bilang, "tak apa-apa tidur di mushola saja mas, besok pagi jam 5 baru ada bus ke Dieng. Alhamdulillah istirahatlah kami hingga fajar tiba keesokan harinya.

Sekedar Informasi kami menuju Dieng melalui jalur Surabaya - Jogja (Mampir Gunungkidul), Jogja - Magelang, Magelang - Wonosobo, Wonosobo - Dieng. Jika dari Surabaya sebenarnya ada bus langsung ke Wonosobo dengan biaya kurang lebih Rp 140.000 Sedangkan jika melalui oper bus biaya sekitar Rp 90.000 sampai Wonosobo. Bus dari Wonosobo - Dieng Rp 20.000 mulai ada pukul 05:00 hingga 14:00.Nama Terminal sepanjang perjalanan : Surabaya (Bungurasih), Jogja (Giwangan), Magelang (Tidar), Wonosobo (Mendolo).

Alarm Subuh membangunkan kami ketika dingin sangat terasa di Wonosobo pagi itu. Setelah bangun, mandi, dan Sholat, kami minum teh hangat di tempat Ibu tadi dan juga sebagai salam sekaligus ucapan terima kasih dan prepare sambil menunggu bus penuh penumpang dan siap berangkat pukul 05:30.


Saat di bus pemandangan Ciamik banget, Sebagian penumpang pada tidur dan saya lebih asyik menikmati pemandangan super keren yang sedang tersaji. Lumayan, kita sudah tidur nyenyak saat di Mushola kemarin, jadi fresh super fresh pagi ini. Sumbing Sindoro yang bediri gagah di depan mata bak magnet yang menarik hati untuk mengunjunginya, Puncak Si Kunir yang melambai-lambai dengan senyuman hangat. Ah, indahnya alam ini Tuhan. Perjalanan memakan waktu 2 jam dan 07:30 sampailah kami di Pos Pendakian Patak Banteng, Sebagian penumpang turun dan sebagaian melanjutkan perjalanan ke Dieng untuk pendakian via Pos Dieng atau trip ke kawasan Dieng.


Sarapan di sini, bertemu dan ngobrol dengan banyak pendaki lain yang sudah malang melintang di dunia pendakian. Arjuno, Welirang, Semeru pernah di dakinya, dan yang lain satu team 4 orang dari Jakarta, Gunung di Jawa Barat sudah jadi tujuan perjalanan tiap liburannya. Kami yang berdua ini, terutama saya yang sangat amatir banyak belajar dari mereka. Sarapan dibarengi dengan menunggu teman dari Jakarta yang sudah dibahas di ata, dan sayang sekali saat itu pukul 09:30 mereka baru otw Dieng dari Wonosobo. Dengan sangat terpaksa kami melakukan pendakian terlebih dahulu dengan ajakan temen-temen dari Jakarta ini yang sampai akhir pendakian kami tak tahu siapa nama jelas mereka. Yang kami tahu 2 cowok dan 2 cewek. Sebut saja mereka Abang, Adek, Kembut, dan Chandra (Mohon maaf mas, mbak nama asal demi kejelasan identitas. Hehehehe.)


Perjalanan dimulai dengan melakukan Perijinan di Pos Perijinan Patak Banteng. Team Abang saya suruh duluan karena kami masih sibuk dengan perijinan dan preape yang lainnya (padahan lihat-lihat souverin, dasar). Pukul 10:20 tertulislah nama kami di buku perijian Base Camp Pendakian Patak Banteng, dan kami siap melakukan pendakian setelah membayar registrasi sebesar Rp 20.000 dan penjelasan tata tertib pendakian dan prosedur pelaporan saat sudah turun.


Bismillahirrokhmanirrokhim....
Penasaran dengan perjalanan kami, Let's See on


"Berada di atas seharusnya tidaklah membuatmu sombong, berada di atas hanya akan membuatmu sedikit memiliki kosa kata yang lebih untuk dituliskan maupun diucapkan, ya sedikit, hanya sedikit, maka janganlah sombong." (_anonim)

2 Comments

  1. Keren bang😀😄.. Kapan2 dilanjut ya😁
    Eh aku yo tak nulis lah, biar ada cerita juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. oyiiii bang zakky.. Haha,. Thankyu2..
      Lanjutkan!!!

      Delete