Mendaki Tandem Gunung Prau

Previous Story Of Prau. Kalo yang binggung dengan posting "Pendakian Mt. Prau 2.565 Mdpl ini, kalian wajib baca terlebih dahulu postingan yang pertama ini,

"Gunung Prau Penuh Cerita"

Bismillahirokhmanirrokhim ...

Pendakian dimulai saat itu pukul 10:20 setelah selesai di Pos Perijinan atau BaseCamp, perjalanan dimulai. Track Pertama adalah menyusuri anak tangga menuju daerah perkebunan warga, belum terasa suasana hutan tetapi suasana alam pedesaan sangat kental dan nyaman.


Lolos dari jalur anak tangga, jalur jalan raya berbatu sedikit menanjak menjadi trek yang harus ditaklukan berikutnya, sampai di Tikungan POS I - Sikut Dewo.


Next Penjalanan naik lagi dengan trek meninggalkan areal perkebunan warga menuju hutan pius dan terlihatlah sebuah plakat hijau bertuliskan Canggul walangan. Ini dia POS II - Canggul Walangan


Naik lagi sepanjang perjalanan menikmati indahnya pemandangan dari balik hutan, Telaga Warna sangat menawan terlihat dari sini, Susunan kota Dieng pun tak kalah Ciamiknya. Beberapa waktu berjalan bertemulah kami berdua dengan rombongan 4 orang tadi yang saya suruh duluan. Alhamdulillah, coklat hangat pas sekali dengan suasana sejuknya hutan pinus kaki Gunung Prau ini. Cukup beristirahat, kami bersama melanjutkan perjalanan, dengan ikut beres-beres terlebih dahulu tentunya.Dan seperti di awal, kami terlalu santai dan sangat menikmati pemandangan dan perjalanan sampai-sampai tertinggal beberapa menit di belakang.



Saking menikmati perjalanannya, Kami sampai naik turun membuat rekaman balapan mendaki dengan target waktu dan lintasan yang lumayan nanjak dan keren. Heheheh. Iseng mumpung ada di kota orang, dan jarang-jarang kan. Saking asiknya saat rombongan Jakarta berhenti kamipun berhenti dan ternyata kita sampai di POS III - Cacingan. Istirahat sejenak dan melihat ke bawah pemandangan yang indah kota dieng dan trek yang kita naiki tadi.


Melihat ke atas dan ternyata langit mulai gelap pertanda hujan akan turun. Udara mulai dingi dan kabut mulai turun dan semakin pekat. Dengna ini, pertanda kami harus melanjutkan perjalanan dan segera sampai di Puncak jika tak ingin kehujanan di jalan. OK, next trek yaitu tanjakan maut (Tenang, maksudnya yang paling nanjak dari yang lain), tapi tetap mudah dilalui kok seperti pendaki pemula seperti kami.

Angin dan kabut semakin menggila. Langit mulai gelap kala itu, dan setelah tanjakan terakhir dan menemui tikungan, Bonus terlihat di depan (Bonus = Jalan landai, sebutan para pendaki yang aku baru tahu beberapa waktu lalu. Maklum. :D). Di sini ada beberapa tenda yang didirikan. Tempat yang aman karena sedikit tertutup pohon dan tak terlalu di atas sehingga terhindar dari angin gunung yang lumayan kencang berhembus kala itu.

Team Jakarta menimbang dan memilih mendirikan tenda di atas dengan alasan view yang lebih baus. Kamipun mengiyakan ajakan mereka. Saat iru pukul 13:30 kamu menginjakan kaki di Puncak Mt. Prau. Sekedar info, Puncak Mt. Prau tak seperti puncak Gunung besar kebanyakan yang mengerucut dan cenderung sempit. Puncak disini sangat luas dan cukup untuk membangun satu desa mungkin. Hehehe. Mendirikan tenda bersama, kami diburu hujan yang mulai rintik-rintik turun, dengan angin yang sangat kencang. Dan alhamdulillah sesaat sebelum hujan dan setelah beres-beres diri, hujan pun turun deras dan tidur pun jadi kegiatan selanjutnya kami berdua. Dengan iringan musik tenda sebelah, tidurpun terasa nyenyak di bawah hujan Mt. Prau kala itu.


Saat hujan terasa reda, badan sanat segar kala itu dan benar saja, sleeping bed bagian luat basah-basah, dan ketika bangun terlihat air di sudut dalam tenda. Seisi tenda basah kuyup, termasuk tas, sarung, sajadah, dsb. Terpaksalah bersih-bersih dan peras-memeras kain demi kelancaran kegiatan selanjutnya (baca : tidur). Keluat tenda kala itu pukul 17:00 kabut sangat tebal dan hawa dingi begitu menusuk. Lapangan yang becek dan berair kususuri saat itu mencari teman Jakarta kami yang sebelumya telah janjian bertemu di Puncak. Sayang sekali nihil hasilnya sore itu. Saya berfikir mereka terjebak hujan dan sangat berhat-hati sehingga memakan waktu perjalana. Saya berfikir esok hari pastilah bertemu. :)

Acara selanjutnya kami makan dengan masak-memasak dibawah hujan lagi kala itu, di dalam tenda di teras, mie, jahe, dan susu menjadi menu makan kami dan pukul 19:30, kamu berangkat tidur, karena kondisi semakin dingin, dan berkabut saat itu sehingga tak ada pemandangan lain selain tenda sekitar dan suara pendaki-pendaki lain yang baru tiba.

Malam 28 November 2015 terlewatkan dengan tidur di suatu ketinggian, menunggu teman, menunggu hujan, menunggu kabut, dan menunggu matahari pagi keesokan harinya.

Selamat Tidur Kawan ...


Matahari 28 November 2015, Golden Sunrise, Sumbing Sindoro, Merapi Merbabu apakah akan menampakan dirinya esok hari? Read it on 

Puncak Gunung Prau 2565 Mdpl

"Karena alam punya aturannya sendiri. Apapun yang diberikannya, yakinlah Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita. Tak memberi matahari misalnya, bisa jadi menjaga kita dari sikap sombong dan congkak." (_anonim)

0 Comments