Gunung Api Purba Nglanggeran, 700 Mdpl yang Menguras Jiwa dan Raga


Bukan 700 Mdpl biasa. Ini namanya benar-benar nanjak dan asik menantang. Bukan jalur lurus setapak aja, tapi variasi sedikit climbing, berjalan di antara batu sempit, jalan melingkar mengitari bukit, dan banyak keseruan lainnya. Di bawah pepohonan rindang dan bebatuan yang tinggi menjulang, diantara tumbuhan dan hewan lokal. Sungguh 1 jam yang menguras jiwa dan raga. 700 Mdpl yang bukan kaleng - kaleng. Jangan pernah remehkan Gunung, seberapapun data angka ketinggiannya. Stay Humble and Please Enjoy.

Akses Dan Lokasi

Gunung Api Purba Nglanggeran ini berada di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalau dari Kota Yogyakarta mudah saja, ambil jalur ke Gunungkidul nanti akan melewati Jalan Wonosari. Lurus aja terus jalan landai sampai ada lampu merah beberapa meter sebelum tanjakan (daerah Piyungan). Lurus lagi melewati tanjakan dan tikungan sampai di gapura selamat datang di Gunungkidul, naik sedikit lagi lalu menemui bunderan Patuk (daerah Patuk), tengok ke kanan ada Polsek Patuk. Nah untuk ke Nglanggeran ambil yang kiri.

Nah dari sini sih masih lumayan jauh untuk akses ke Nglanggerannya dan melewati jalan pedesaan. Ada baiknya bertanya warga sekitar untuk akses pastinya. Jalannya enak kok dan sepertinya tak banyak cabang jalan, ditambah plakat wisata yang seabrek. Hanya saja alangkah baiknya kita memastikannya sekaligus berinteraksi dengan warga lokal, daripada nyasar. Hehe. Kalau waktu tempuh total Jogja (kota) - Nglanggeran (basecamp) sekitar 1 jam.


Nah ini perlu saya sampaikan juga ya untuk harga tiket per Maret 2019 terakhir saya kesini adalah 15.000 per orang dan biaya parkir motor adalah 2.000. Untuk fasilitas, saya pikir bagus kok. Selain ada area taman purbakala yang bisa buat keluarga dan anak - anak di beberapa meter setelah pintu masuk, pendopo juga banyak tersedia di beberapa titik yang cukup membantu untuk tempat beristirahat dan mungkin tempat yang pas jika sewaktu - waktu hujan melanda. Lebih lagi petunjuk arah yang dijamin gak bakalan bikin kita nyasar kalau kita tetap fokus dan tak bercanda berlebihan ya.

Gunung Api Purba Nglanggeran

Sekilas, gunung ini merupakan bukit dengan tumpukan batu raksasa yang ditumbuhi berbagai macam flora. Bukan batu polosan, jika dilihat dari bawah akan terlihat keren karena perpaduan warna coklat (batu) dan hijau (aneka flora). Diperkirakan dulunya tempat ini adalah puncaknya Gunung Api Purba. Namanya gunung purba, jangan tanya mana kawahnya ya, tentunya sudah tak ada sejak berjuta - juta tahun silam tentunya. Kalau saya pribadi amati ya, Gunung ini kok seperti ada 2 ya, sisi timur dan sisi barat. Sisi timur itu yang dekat dengan Embung Nglanggeran dan yang sisi barat ya jalur pendakian ke Puncak Gedhe. Ow iya, puncak Gunung Nglanggeran itu bernama Puncak Gedhe.


Kata Nglanggeran yang merupakan nama Gunung ini berasal dari kata "nglanggar" yang artinya melaggar. Menurut cerita, dahulu kala ada seorang dalang yang murka saat tahu wayangnya rusak oleh ulah warga sekitar saat ditinggalnya istirahat. Nah beberapa dari mereka dikutuk menjadi wayang dan di buang di gunung ini. Masyarakat percaya tempat ini dijaga oleh makhluk bernama Kyai Ongko Wijoyo dan Punokawan tokoh dalam pewayangan Jawa.

Ada lagi di puncak timur gunung ini terdapat sebuah daerah yang unik yaitu Dusun Tlogo Mardhido, disebut juga Kampung Pitu. Dimana desa ini hanya diisi 7 kepala keluarga saja. Mitosnya jika dihuni lebih dari 7 KK, keluarga ke 8 akan mendderita sakit hingga kematian. Dan jika dihuni kurang dari 6 KK, maka desa itu akan tertimpa wabah penyakit.

Mendaki 700 Mdpl, Otw Puncak Gede

Saat itu pukul 2 siang saya sampai di basecamp Gunung Nglanggeran. Kami melakukan registrasi dan membeli tiket juga persiapan air minum dan snack. Sempat saya bertanya pada penjaga basecamp rombongan yang naik hari itu. Ternyata nihil dan kamilah satu - satunya rombongan hari itu. Sedikit takut sih, tapi banyak antusiasnya.

Nah meurut literasi di internet yang berhasil saya temukan (berdasaarkan tulisan dari Moro, H.K.E.P - Pendidikan Biologi FKIP UAD Yogyakarta) ternyata wilayah Gunung Api Purba Nglanggeran ini dibagi menjadi 7 wilayah penelitian yaitu : Kalisong, Song  Gudel, Pos I (495 mdpl), Pos II (510 mdpl), Pos III (525 mdpl), Pos IV (560 mdpl), dan Puncak (700 mdpl). Tapi mungkin apa yang saya tuliskan tak sesuai dengan data literasi tersebut karena sepanjang jalan saya tak memperhatikan dan menemukan papan plakat lokasi posnya. Pos I saja yang berhasil saya temukan. 

Tepat pukul 02:40 kami mulai perjalanan naik beberapa anak tangga yang saya pikir jalur akan seperti itu sampai puncak dan ternyata tak sampai 1/4 perjalanan sudah berubah menjadi jalur yang "istimewa". Hahaha.

Joglo Basecamp (Kalisong)

Persiapan trekking kami disambut sebuah pendopo joglo yang lumayan luas. Di belakangnya terdapat pohon yang besar dan rindang, di belakangnya lagi terlihat daerah hutan yang cukup lebat dan tak ada jalur. Untuk jalur ke puncaknya belok ke kiri ya. Hehe.


Naik lagi melewati tangga batu yang tersusun rapi dibawah sebuah batu besar. Nah disini ada ornamen kayak tulang dinosaurus gitu, tapi seperti pahatan di batu saja sih, bukan tulang asli sepertinya.

Song Gudel

Naik lagi kemudian kita akan menemui plakat bertuliskan Song Gudel. Song Gudel sendiri berarti kandang anak kerbau. Adalah sebuah lokasi dimana batuan besar yang disangga batuan kecil membantuk sebuah goa yang menyerupai kandang. 

Taman Sejarah Purbakala

Nah dari sini ada 2 jalur kalo ke kiri jalur ke taman purbakala yang isinya adalah semacam taman berbain dengan beberapa patung dinosaurus dan ornamen ala - ala purba. Cocok untuk wisata keluarga. Terlebih menuju ke sini tak naik terlalu tinggi dan langsung tembus ke bawah lagi (basecamp).

Spot Foto dan Gazebo

Sepanjang jalan awal ke atas terdapat beberapa gazebo dan juga area foto (sarang burung), yaitu sejenis batu besar yang di atasnya diberi sarang - sarangan burung besar untuk berfoto. Bagaimana penampakannya dari dekat, sayangnya saya tak mampir untuk melihatnya. Saya hanya mengintip dari bawah batu saja kemudian melanjutkan perjalanan.

Lorong Sumpitan


Lorong sumpitan adalah sebuat jalanan kecil yang berada di antara celah batu besar. Saat pendakian kita akan menemuai 2 Lorong Sumpitan. Yang pertama adalah lorong yang berada di antara bebatuan dengan celah yang sempit dengan beberapa jalan menanjak dengan tangga kayu ala kadarnya. Beberapa langkah menuju akhir lorong sumpitan yaitu jalanan menaiki tangga kayu, terdapat batu yan terjepit di sela - sela batu besar yang mengharuskan kita menunduk agar dapat melewatinya. Kalau yang udah pernah liat film 127 Hours, batu itu mirip batu yang ada di film tersebut, yang akhirnya membuat Sang tokoh utama Aaron Rastlon kehiangan salah satu tangannya.

POS I Gunung Nglanggeran


Nah kayaknya setelah lolos dari sini ini udah jadi POS I deh, soalnya emang agak tak jelas tandanya. Dari sini setelah melewati Lorong Sumpitan, kita akan disuguhkan pemandangan yang cukup keren, tak terlalu tinggi tapi bagus kok, apalagi saat melihat ke atas, masih ada bukit batu tinggi menjulang yang harus diputari dan hutan yang semakin lebat. Mulai dari sini trekking hutan dimulai.

Lorong Sumpitan 2

Tak berapa lama berjalan kita akan menemui lagi Lorong Sumpitan 2. Lorong ini lebih sempit dari yang pertama. Aksesnya jalan bebatu yang sedikit menanjak. Asli ini sempit banget dan mungkin bagi yang badannya besar tak cukup masuk ke sini.


Setelah melewati Lorong Sumpitan 2 jalannya full hutan dengan beberapa lokasi climbing tipis - tipis dengan bantuan tali. Jalan mulai menanjak tapi asik karena tak panas karena pepoonan yang rindang. Saya pikir depan puncak eh bukan, jalan lagi saya pikir puncak eh bukan. Lha 700 Mdpl ini kapan puncaknya?

Sumber Mata Air Comberan

Sampai di sebuah persimpangan dan plakat Sumber Mata Air Comberan, kami memilih untuk menuju puncak melewati jalur puncak. Jadi tak mampir ke Mata Air Comberan. Karena waktu yang semakin sore dan kami tak mau tersesat atau terjadi hal - hal yang tidak diinginkan karena tulisan "area sakral" terpampang jelas di plakat.


Kalau dipikir sih jalannya jelas kok seandainya mau menuju ke sana dan beberapa artikel saya baca dari Mata Air tersebut ada jalur juga menuju puncak. Saya mah cari aman aja dulu, besok - besok balik lagi kalau pas rame orang dan waktunya gak mepet. Haha.

Puncak Bukit Sisi Selatan


Nah naik lagi ada area luas agak terbuka, saya kira puncak ternyata masih ada plakat lagi . Di sini juga terdapat persimpangan, ke kanan camping ground yang ternyata bisa langsung ke Puncak Gedhe. Entah bagaimana ceritanya saya memilih jalur yang lurus dan ternyata adalah jalan memutar jika tujuannya ke Puncak Gedhe tetapi melewati sisi puncak bukit sebelah Utara.


Awalnya ini saya kira puncak tapi tenyata saya liat dari sini ke sisi selatan ada lagi bukit dan saya yakin puncaknya di sana karena ada semacam tanda kecil seperti tugu yang tenyata pondasi sebuah tiang. Tak jauh kok dari puncak bukit sisi selatan ini melewati camping ground yang saya bilang tadi.

Puncak Gedhe

Tak berjalan lama, sampailah kami di Puncak Gedhe 700 Mdpl Gunung Nglanggeran. Dari puncak Gedhe terlihat pemandangan yang cukup keren walaupun sangat terlihat bahwa lokasi puncak ini tak terlalu tinggi. Tetapi pemandangan desa yang keren, ditambah bukit sisi timur yang terlihat jelas dan Embung Nglanggeran menjadi komposisi pemandangan yang pas sore itu. Tentu yang paling berkesan adalah jalur dan proses perjalanannya. Mantap dah pokoknya.

Jalur Keluar 

Puas menikmati puncak kami kembali turun dan sampai di persimpangan  plakat menuju Air Terjun Comberan, ambil jalur kanan atau ikuti plakat turun / jalan keluar. Jalur turun mulai dari sini berbeda dengan jalur naik tadi ya. Jadi kita gak akan susah payah lagi nurunin 2 Lorong Sumpitan yang sempit sekali. Hehe.


Nah saat kalian menemukan "warung kejujuran", berarti basecamp sudah dekat bro. Nah unik nih ada sebuah warung kejujuran dimana di kotak merah itu berisi berbagai macam air yang jika mau beli tinggal ambil aja kemudian taruh uangnya di dalam kotak. :) Gak ada yang jaga kok, jadi hayo jujur - juruan. Hehe.


Alhamdulillah sampai di basecamp dengan selamat. Sebenernya kalau berani nunggu beberapa menit lagi pas dapet Sunset yang keren, tapi saya memilih turun saja karena kami rombongan tunggal dan tak ada persiapan lain selain air minum dan snack. Takutnya terlalu asik dan jalur menjadi gelap.


Akhirnya kesampaian juga trekking lagi ke Gunung Nglanggeran setelah lebih dari 10 tahun yang lalu kali terakhir saya ke sini bersama rombongan hiking SMK N 2 Wonosari. Waktu itu naik gunung masih biasa saja, jalurnya pun beneran masih asli tanpa ada plakat apapun, cuma tanda yang emang dibuat panitia buat penanda jalurnya. Terlebih tak ada dokumentasi kecuali dari arsip SMK mungkin ada. Inget banget saya berasa muter - muter waktu dulu nyari jalan pulang dan hampir masuk ke jurang karena tak sanggung mengerem dadakan saat turun dari jalur yang lumayan curam. Beruntung tak sampai terjadi apa - apa. Dan beberapa waktu kemaren balik lagi ke sini dengan segala perubahannya tetapi alam yang masih terjaga. Masih rindang dan jadi habitat monyet - monyet lokal. Semoga tetap seperti ini dan semakin asri. Aamiin.

Team Perjalanan


Kali ini saya bersama sepupu saya yang pernah naik ke sisi timur Gunung ini tetapi sama - sama tak tahu jalur sampai ke Puncak Gedhe. Nah, pengalaman lain jadi kali ini saya yang jadi penanggungjawab karena saudara saya masih duduk di bangku SMK. Tapi tak disangka, malah selama perjalanan dialah yang paling kuat dan saya pun banyak keteteran. Haha. Tenaga muda memang. Mungkin karena sudah lama tak berkegiatan alam. Dan saya pikir naik Nglanggeran itu bisa jadi kayak jalan santai dan piknik. Tenyata salah besar. Sekali lagi, jangan meremehkan Gunung seberapa pun data angka ketinggiannya. Haha.

40 Comments

  1. Seru banget ya. Kebayang betapa butuh nyali buat lewat jalur sumpitan. Ngeri nggak muat aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ngeri kalo tiba2 bebatuannya bergerak aja. Kalo bagi pemilik badan besar yg gak ketulungan jelas gak bakal bisa lewat itu. Hehe..

      Delete
  2. Perjuangannya terbayarkan dengan pemandangannya. Kalau saya kayaknya bakal nyerah di tengah jalan 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh ini gak seperti yang dibayangkan kok. Malah bakalan fun dan sehat. Hehe. Pokoknya yakin dulu aja sampe puncak. :)

      Delete
  3. untuk biaya oprasional kesana berapa kk abisnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudnya biaya operasional gitu gimana ya?

      Kalau biaya pendakian (update sampe akhir 2021) yaitu :
      1. Tiket masuk domestik untuk siang 15.000 dan malam 20.000.
      2. Parkir kendaraan roda dua 2.000 dan roda empat 5.000.
      3. Uang saku untuk jajan tergantung budget dan keinginan.

      Kalau biaya operasiona akses ke lokasi pendakian tergantng start dari mana.

      Delete
  4. nasib wong lemu kayak saya, ngelewatin tengah batu udah kejepit duluan boro - boro bisa muncak. hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tetap optimis Mas. Semua pasti ada jalannya. Hehe

      Delete
  5. bikin ingat masa lalu dimana mendaki kaki gunung merapi daerah sekitaran kota solo. pemandangannya memang memanjakan mata

    ReplyDelete
    Replies
    1. Merapi tak pernah ingkar janji. Pingin banget mendaki kesana tapi belum kesampaian. Hehe.

      Delete
  6. Wow! keren banget pemandangan nya kak, jadi pengen mendaki gunung api purba... Nice review kak... btw foto-foto dokumentasinya keren-keren banget kak... Mantap!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih kak. Bisa diagendakan nih. Selain pemandangannya yang keren, jalurnya juga bersahabat kok.

      Delete
  7. Jadi kangen ngegunung lagi nih baca tulisannya Mas Agung.

    Coba ke Gunung Gede di kota saya, Mas Agung. Di Sukabumi. Ada hamparan Edelwise di atasnya, one of the best viewing

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asli dulu pernah jadi salah satu prioritas bucket list pendakian gunung saya. Gede Pangrango selalu jadi khayalan kesukaan saya ditambah dengerin sajak Mandalawangi. Hehe. Tapi mungkin saat ini belum bisa terealisasikan. Semoga kapan waktu bisa ya Mas. Hehe.

      Delete
  8. 700 mdpl terdengarnya "ah gunung pendek nih" tapi kalo treknya terjal yaa menantang juga yaa.. emang bener sih, jangan pernah remehkan gunung krn kita gak tau apa yg terjadi pas lagi trekking.

    Btw, kalau naik gunung aku tuh paling seneng ngejar sunrise sama liat samudra awan. duh rasa capeknya tuh kayak terbayarkan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener kalimat legendaris nih, "jangan pernah remehkan gunung". Enggak ngeremehin sih sebenernya tapi kadang suka berekspektasi yang mengarah ke sedikit rasa jumawa. Hehe.

      Kalau saya suka semua part of mendaki gunung, Mbak. Makanya saya kalau cerita tentang pendakian bisa sedetail-detailnya. Tapi kan ya kasihan yang baca nanti malah muntah. Hehe.

      Delete
  9. Apakah untuk tahun 2021 biaya tiketnya masih 15.000 Kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk tahun 2021 ini biaya tiket domestik dibagi 2 kak, siang 15.000 dan malam 20.000. Weekday dan weekend sama saja. Begitu info dari pihak Gunung Api Purba Nglanggeran. Mungkin bisa di kroscek ke akun instagramnya (@gunungapipurba).

      Delete
  10. rasanya jadi pengen kesana mas,, di kalimantan tempat saya tinggal cukup sulit cari tempat yang pemandangannya cukup epic

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silahkan kak bisa diagendakan kalau lagi ke Gunungkidul. Hehe.

      Delete
  11. Seru banget membaca perjalanan/trekking menuju puncak Gunung Nglanggeran ini. Pasti puas banget ya begitu sudah sampai di puncak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, walaupun tidak terlalu tinggi dalam hitungan mdpl tapi cukup puas sampai puncak dan lihat pemandangannya.

      Delete
  12. Meskipun jalurnya dah bagus tapi tetep nanjaknya curam yah mas. Aku kuat ngga ya kalo ikutan naik kesana wkwkwk. sangsi sama diri sendiri liatin foto2nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Never underestimate yourself." Selalu semangat, pasti ada jalan. Saya juga udah lama enggak mendaki waktu ke Gunung Nglanggeran ini. Tapi Alhamdulillah bisa sampai atas dengan treking santai.

      Delete
  13. Tempat nya bagus kak, gunung purbakala ya, ditempat saya ga pernah dengar, semoga tetap terjaga keindahan alam nya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak, Gunung Api Purba Nglanggeran. Aamiin. Salam Lestari.

      Delete
  14. Aku kalau baca cerita para pecinta alam mendaki gunung tuh keren dan takjub banget. Lihat lorong sumpitan 1 aja udah takut, eh ada lagi sumpitan 2 hmmm... Tapi terbayar saat diatas ya kak. Awesome!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, sebenarnya biasa aja kok mbak. Sama kok tetep aja ngos2an, capek, keringeten, dan lain2 umumnya manusia biasa. Hehe.

      Lewat lorong sumpitan itu awalnya takut juga dan sempet mikir bakalan kejepit enggak nih. Tapi ternyata asik kok. Aman terkendali.

      Delete
  15. Lagi-lagi gunung kidul menampakkan pesonanya. Banyak destinasi yg blm saya eksplore. Mungkin suatu saat kita bisa ketemuan disana. Sy dah lama ga pulang kesana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kebetulan saya juga perantau. Tapi Alhamdulillah karena deket dan akses yang mudah jadi bisa sesekali balik ke Gunungkidul.

      Delete
  16. Keren. Saya baru tau sama gunung ini, rasanya belum sehits gunung dan tempat wisata lain di DIY, ya? Atau sayanya yang ngga up to date hehe. Btw gunungnya indah banget, jadi kayak di film-film..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya tahu gunung ini udah dari smk sih mungkin tahun 2010an ya. Tapi emang mulai terkenal pas rame-ramenya "virus" traveling. Dan emang pas pendakian ini udah sangat beda dari yang waktu smk dulu. Banyak banget yang udah dibenahi dan jadi bagus baik jalur dan fasilitasnya.

      Iya kak indah banget. Apalagi Desa Wisata Nglanggeran (kawasan wisata tempat Gunung Nglanggeran ini berada) baru aja ditetapkan sebagai salah satu Desa Wisata Terbaik Dunia tahu 2021 oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO).

      Delete
  17. Rute yang luar biasa untuk dilalui dama pemula seperti saya. Cukup kagum sama orang2 yg bisa tahan ngebolang gini. Capeknya pasti terbayarkan sama panorama alamnya. Pengen ke sana juga hehe. Semoga bisa kesampaian ke sana kayak kakaknya. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Namanya juga udah suka, mau gimana lagi. Capek gak capek harus tetep jalan. Ya bener sih bonusnya cukup menutup rasa capeknya. Hehe.

      Semoga disegerakan ya kak. :)

      Delete
  18. perjalanan yang jauh ya..tapi happy kalo dah samapi di atas melihat pemandangan yang indah... akses nyelip diantara batu itu ..sulit gak sih..?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau dihitung dari rumah ke sini lumayan jauh juga sih, tapi kalau trekkingnya enggak seberapa. Asli bagus banget pemandangannya di atas. Lewat Lorong SUmpitan ya? Awal tak kira susah tapi ya enak2 aja kok. Aman dan enggak terlalu butuh effort yang gede.

      Delete
  19. Seru banget yaa, dan tempatnya juga sudah rapi jadi objek wisata, jadi ga ada stigma kalau gunung itu menyeramkan dan liar wkwkk. Semoga kapan2 bisa mendaki disini hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener kak, tapi masih ada di beberapa titik yang tetap dijaga keaslian alamnya. Bagaimanapun gunung kan punya ekosistemnya sendiri yang juga harus dijaga. Menyeramkan dan liar juga bagian dari ekosistem gunung kalau menurut saya. Kitanya yang harus menyesuaikan. Tetap waspada dan selalu menjaga diri dan alam. Hehe.

      Semoga dimudahkan kak ya. Salam Lestari.

      Delete
  20. Belum pernah mendaki gunung dengan bekal dan semacamnya Bang, saya pernah mendaki bukit aja di daerah saya hehe. dilihat dari foto-fotnya suasana dan pemandangannya bagus dan indah. keren Abang bisa sampai.

    Terima kasih Bang.

    ReplyDelete