Kali Kedua The Real Summit Gunung Penanggungan

Alhamdulillah, kesempatan kedua untuk berkunjung ke Pawitra. 1653 masl atau dikenal dengan Puncak Pawitra, Puncak Gunung Penanggungan. Untuk Review perjalanan, jalur, dan kondisi medan, dapat dilihat di bagian ini :
Nah, Minggu kemarin tepatnya tanggal 2-3 April 2016, hari Sabtu dan Minggu kembali saya dan teman saya mengunjungi Puncak Pawitra. Setelah beberapa bulan lalu di Oktober 2015 pada saat musim kemarau dengan musibah kebakarannya, Pawitra saat ini bisa dibilang sudah pulih. Di musim penghujan, tracking serasa menantang dan mengajarkan apa itu namanya pendakian. Penuh perjuangan, dan pembelajaran. Tak perduli seberapa mdpl gunung itu, saya yakin ada cerita dan pembelajaran di setiap pendakiannya.


Perjalanan dimulai Sabtu, 2 April 2016 bersama 1 teman saya kami berangkat pukul 21:00 karena persiapan yang bisa dibilang "ndandak". Sengaja agar ada perjuangan yang bisa diceritakan di setiap perjalanan. 5 jam sebelum keberangkatan persiapan baru mencapai 40 % yaitu peralatanpribadi. Sedangkan tenda dan peralatannya kami cari di sisa waktu 5 jam tersebut. Sedangkan logistik kami isi seanjang perjalanan menuju Base Camp Gunung Penanggungan.

Pukul 00:00 tepatnya kami mulai pendakian dengan tak lupa berdoa. Dan jelas yang tak boleh terlupa, ijin harus sudah dikantongi dari orang tua, apalagi kalau mau naik gunung atau travelling yang bisa dibilang jauh (menjadi kewajiban sendiri buat saya pribadi). Perjalanan dimulai dengantrack yang biasa, bekas hujan, tapi tak terlalu licin. Baru di POS 2 menuju POS 3 perjalanan terasa agak berat. Kondisi malam mengingatkan kegiatan malam yang beberapa tahun lalu sering saya lakukan yaitu jalan-jalan di malam hari atau olahraga di malam hari. Sampai di POS 3 gerimis melanda, istirahat agak lama sambil ngobrol degan beberapa pendaki lain. Lanjut, agak nekat saat masih gerimis perjalanan syahdu banget menuju POS 4. Sambil jalan bisa nanget merenung. Jangan lupa lihat ke belakang, pemandangan lampu yang asik banget, romantis. :) Tapi tetep harus hati-hati sama medannya ya.

Sampai di POS 4, the real summit saya rasakan, padahal dari POS 4 baru akan sampai ke Pucak Bayangan dan masih sekitar 1 jam lagi menuju Puncak Pawira. Tai medannya bener-berner dah, "asik" banget. Ditambah saya mengambil jalur evakuasi bersama beberapa pendaki lain. Krena kabut yang mulai turun dan tebal, tak ada pilihan lain selain bergabung deengan pendaki lain karena faktor keamanan.Pantas jalur tak seperti pertama kali saya kesini. Jalur sempit, menanjak, banyak pepohonan, dan rumput basah, sedangkan jalur utama adalah bebatuan tanah yang sangat jelas dan lebar untuk jalurnya.

Asik banget lewat jalur ini, serasa summit, karena memang baru pertama kali saya melakukan pendakian di malam hari dan rasanya ternyata nyaman, syahdu, dan bisa banget buat merenung sambil jalan, menghirup udara malam gunung, merasakan belaian angin, menyapu rumput basah yang langsung ke kuli, aduh, pokoknya asik, asik, dan asik banget (kalian musti coba prend).


Sampai di Puncak Bayangan pukul 03:30 dan langsung kami mendirikan tenda. Saat itu cuaca terlihat akancerah, bulan sabit diiasi bintang terlihat apik banget. Arjuno-Welirang juga terlihat jelas gagah memang kondisi malam. Sayang tak sempat mengabadikannya karena capek.

Menuju pagi ditemani lagu "Teduh" (Asik banget),terlihat kabut pekat, mengingatkan saya dengan Sindoro Sumbing yang harus tertutup kabut saat itu Prau, November 2015. Kegiatan masak memasak, dan menunggu teman yang juga summit pada malam harinya. Team satu lagi juga naik cuma waktunya lebih malam dan prepare tanpa camp seingga sekali jalan dan bertemu dengan kami pagi harinya.

Karena kabut saya memutuskan untuk langsung turun karena pendakian tak melulu soal puncak kan. Banyak pertimbangan yang saat itu memberatkan saya untuk turun bersama teman saya, sedangkan team satu lagi memutuskan naik (tetapi dapat kabar setengah perjalanan harus turun karena kabut semakin lebat, menuju badai, sehingga sangat tidak safety).


Pengalaman kedua kalinya menuju Gunung Penanggungan yang untuk pertama kalinya mengajarkan sebenar-benarnya apa itu pendakian dan menuju puncak, walau tak sampai puncak. Bersyukur bisa memimpin diri sendiri dan bersama teman (bisa dibilang sudah expert, sedangkan saya mah apa atuh, amatiran). Semoga bisa kembali bersama teman lain, atau teman yang sama, mungkin dengan travelmate atau mungkin dengan soulmate. Hahahaha, menghayal boleh kan?


Salam lestari, terima kasih.

0 Comments