Puncak Gunung Prau 2565 Mdpl

Buat yang penasaran bagaimana cerita ini tiba-tiba terbawa sampai puncak, kaliah harus baca terlebih dahulu sekuelnya di :


Saat itu, 28 November 2015 kala alarm jam berbunyi beep menandakan pergantian hari yaitu pukul 00:00:01 waktu Indonesia bagian Prau (:D). Yah, saat itu 00:00 terbangun dari dalam tenda karena suara alarm jam tangan sebelah saya. Suara gaduh para pendaki yang masih belum tidur menambah antusias untuk duduk dan menikmati malam dari dalam tenda. Tak keluar ataupun membuka tenda saat itu karena dinginya malam puncak Prau yang terasa menyengat untuk saya kala itu.

Tak terasa badanpun ambruk lagi menikmati hangatnya sleeping bed baru saya dan tertidurlah kembali hingga alarm handphone rutin berdering kala itu pukul 04:00. Suara ramai para pendaki mulai terdengar, Kukira Golden Sunrise terlihat sudah kala itu tapi ternyata setelah membuka tenda, kabut tebal masih menyelimuti dengan beberapa cahaya senten para pendaki yang sudah jalan-jalan. Kami menghangatkan diri dan merefresh badan sejenak setelah tidur dengan kedinginan ynag menyengat menurut saya saat itu.


Kala waktu menunjukan 05:00 keluarlah kami dengan menikmati pemandangan kabut dan begitu banyaknya tenda di sekitar kami. Suara riuh para pendaki yang sedang menikmati pagi dan pemandangan sepi tenda sebelah yang mungkin masih melelapkan diri karena kabut masih tebal. Seharusnya matahari telah bersinar terang kala itu, Tapi sungguh sayang tak didapat sama sekali apa yang dikatakan orang tentang kemegahan Merapi Merbabu, Sumbing Sindoro dari puncak Prau ini. Alhasil kami berinisiatif berjalan-jalan menyusuri camping groung yang lumayan luas dengan misi lain yaitu menemukan tean kita dari Jakarta yang mungkin sudah datang malam tadi. Hampir sebagian tenda kami lalui sampai batas pintu masuk puncak atau habisnya tenda. Sambil menikmati dingin dan belaian kabut dan angin melalui wajah kami, berjalan menjadi sebegitu syahdunya.

Setelah beberapa putaran akhirnya yang dicaripun terlihat karena jaket yang sama yang dipakai waktu pertama kali bertemu dan Alhamdulillah, satu lagi bonus yaitu "kanca nggunung". Sejenak ngobrol dan berkenalan dengan team dari mereka. Menghabiskan beberapa saat jala-jalan bersama dan bercerita di depan tenda dengan matras kala itu kami bertiga sungguh sangatlah akrab.


Waktu berlalu dan tibalah kami kembali ke habitat masing-masing (kelompok masing-masing) maksudnya. Dengan beberapa jam tersisa sebelum pukul 10:00 dengan kabut masih menutup puncak saat itu. Acara bebas masing-masing dari kami.


Jam 09:00 saatnya beres-beres merapikan tenda dan say goodbye untuk Prau, akan datang kembali jika Allah SWT menghendaki. Aamiin. Saat itu pukul 10:00 kabut mulai menghilang dan sesekali cahaya matahari menembus puncak kala itu. Perjalanan pulang kami mulai ber-6 dan tak lupa mengucapkan pamit terhadap teman Jakarta kami (Sukses selalu mbak Ikha, sampai bertemu lagi).

Penjalanan pulang kami lalui dengan track Dieng. Maksudnya kami mengambil jalur berbeda yang nantinya akan turun di Pos Perijinan Basecamp Dieng. Perjalanan melalui jalan landai dan sedikit menanjak, turunan yang juga menantang, dan pemandangan yang lumayan bagus. 3 jam waktu tempuh kami turun (ya memang jalur Dieng ini agal lebih jauh daripada jalur Patak Banteng).


Pukul 13:00 kami sampai di POS Perijinan Dieng, istirahat sejenak kami dan langsung kembali menuju Wonosobo karena estimasi waktu bus kami agar tak kemalaman sampai Jogjkarta dan tidak telat bus (bisa-bisa tidur terminal lagi ini). Perjalanan pulang Dieng - Wonosobo (1,5 jam). Wonosobo - Magelang (2,5 jam karena posisi hujan dan jalanan ramai.). Magelang - Jogja (1,5 ja, karena lancar). Sampai di Jogja kami Alhamdulillah selamat sekitar pukul 20:00. Saat terminal Giwangan kami berpisah dengan saya kembali ke Gunungkidul sedang Zakky kembali ke Surabaya.


Perjalanan yang cukup memberi pelajaran berharga, Fist time saya Backpackeran sejauh Surabaya - Wonosobo, dengan perencanaan yang tersusun, perjalanan yang lancar, dan kondisi yang sangat bersahabat dengan beberapa halang-rintangnya. Terima Kasih Tuhan, Allah SWT, telah kau izinkan kami kembali mencintai alam indah ini. Jangan lupa bersyukur dan terus maju, jangan takut dengan omongan orang, berencana cukup, dan segeralah berangkat.

Tak ada kata seindah Alhamdulillah setelah semuanya terlalui dengan sangat berkesan dan bermanfaat (semoga). Oke, sedikit ungkapan hati buat senior-senior pendaki dan pendaki amatir lain seperti saya, terima kasih telah mengajarkan saya yang amatir ini untuk membawa sampah kalian turun, tak sembarangan memetik tumbuhan di gunung, menyalakan api di tempat seharusnya, dan tak membiarkan kertas-kertas berserakan di camping ground. Sebuah harapan sederhana saya yaitu suatu saat nanti saya akan menceritakan pengalaman ini kepada anak cucu saya, dan berharap mereka masih bisa melihat indahnya bukti nyata dari cerita saya ini. Aamiin. Salam Lestari.

"Suatu pagi di suatu tempat, berjalan bersama menembus kabut kala itu. Aku tak rindu matahari paginya nan indah yang banyak dibicarakan orang. Aku hanya rindu dinginnya malam dan kabut pagi bersama dia dan mereka orang-orang yang tepat." (_anonim)




0 Comments