Perjalanan Pendakian Pertama Gunung Lawu 3265 Mdpl

Hai gaes, apa kabar hari ini? Gimana euforia 17 Agustus disana? Keren juga kan? Yap, 17 Agustus merupakan moment peringatan kemerdekanan negara tercinta kita Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia ini bisa dibilang cuilannya surga gaes. Gak percaya? Lihat nih!


Gimana? Keren kan? Ini baru satu gaes, masih ada ratusan spot keren di alam kita ini, Indonesia. Oke, langsung saja, saya mau share pengalaman pertama saya muncak. Saya ini merasa setengah keracunan film 5 cm sejak pertama lihat 2 tahun yang lalu. Tiap lihat foto temen-temen pada muncak rasanya gak karuan kaki ini harus sesegera mungkin melangkah. Alhasil selama ini ngeksplor 0 mdpl, bukit, air terjun, dan spot keren lainnya (baca artikel Traveling saya yang lain). Nah alhamdulillah bisa juga akhirnya hari itu saya melangkahkan kaki untuk pertama kalinya melakukan pendakian. Saya, kami bertujuh, hari itu berdiri di atas bumi tapi dekat sekali dengan langit, dekat dengan Sang Pencipta.

Persiapan dimulai dari fixsasi personil. Yang semula 6 orang genap, karena kedatangan saya, jadilah 7. Saya ini kayaknya emang jadi sorotan beberapa waktu ini, mendadak terkenal bagi khalayak. Hehe. Semula sebagian ragu saat personil mengerucut menjadi 7 orang. Saya juga gak tahu kenapa kalau bertujuh? Jawabanya mitos. Pernah denger kalau jangan mendaki dengan formasi ganjil. Katanya bakalan ada yang menggenapkan kelompok kita gitu. Apalagi kalau bukan makhluk astral. Awalnya sih sedikit terhasut, apalagi saya yang baru pertama muncak. Tapi menuju H-3, kami yakin bahwa tak apalah naik bertujuh. (Kalau saya sih, 7 itu bagus lho ya, Allah aja suka bilangan ganjil, surga ada 7, ganjil kan? Ini alam yang mau kita datengin kan punyanya Allah, jadi yakin aja).

Next menuju hari H dengan formasi bertujuh kami berangkat. Rendi, Wulan, Arif, Haris, A'an, Rakom, dan saya, pemula super tangguh, Agung. Haha. Kami memulai start dari Surabaya, terminal bus Bungurasih. Kami berangkat pukul 01:00 dengan bus Sumber Selamat. Patas bro, yang lain pada gak bisa tidur, Si Rakom katanya senam jantung karena pengalaman pertama naik bus malam yang super ngebuts. Kami turun di Terminal Maospati, saat ini pukul 03:23 dan langsung menuju pintu masuk pendakian Cemoro Sewu via angkot carteran dengan biaya Rp 35.000. Alhamdulillah melewati jalur yang mulai naik khas pegunungan, akhirnya sampai disana dengan selamat pukul 04:35. Kami sholat subuh terlebih dahulu, sarapan, kemudian mempersiapkan semua yang dibutuhin dan gasss wes. Bismillah, kami berdoa dan memulainya pukul 05:30.

Kenalan dulu gaes, mulai dari kanan bawah ya, Arif, Cak A'an, Rendy, Wulan. Mulai dari kanan atas, Imam, Agung, Cah Haris. Foto ini diambil saat perjalanan dari Basecamp ke Pos 1.

Start Pendakian Dari Basecamp Ke Pos 1

Pendakian dari basecamp dimulai saat matahari masih malu-malu menyapa. Kebanyakan di rute ini menjadi tempat kami beradaptasi dengan rute-rute berikutnya karena jalur yang masih bersahabat ditambah udara pagi yang sangat sejuk. Rute ditandai dengan jalur makadam yang tersusun rapi degan vegetasi yang belum begitu rapat karena menang di jalur ini belum sepenuhnya masuk di area hutan. Alamdulillah sampai juga di Pos 1 (Wesen wesen - 2163 mdpl) pukul 06:54.

Masih Asik Dari Pos 1 Ke Pos 2

Kita lanjut perjalanan menuju Pos 2. Jalur pendakian dari Pos 1 ke Pos 2 ini adalah jalur yang mulai memasuki area hutan dengan jalan menanjak yang cukup menguras tenaga. Bisa dibilang rute ini adalah rute antar pos terjauh setelah rute Basecamp-Pos 1. Saya sendiri sih enggak kaget karena sudah persiapan informasi bahwa Lawu via Cemoro Sewu itu akan disuguhi jalur menanjak mulai dari awal pendakian. Nilai plusnya adalah di jalur ini pendaki akan jarang tersesat karena jalur yang cukup jelas. Cocok buat pemula kayak saya. Hehe.

Di sini kita ketemu sama banyak banget pendaki karena pas di momen 17 Agustus. Tapi hanya 1 rombongan yang benar-benar bisa barengan sampai puncak. Mereka ber-empat, rombongan dari Jakarta Mas Arif, Ridwan, Ikha, dan Lutfi. Akhirnya kita naik sama-sama walaupun kadang pisah di beberapa pos. Tapi nanti di puncak tetep foto bareng. Hehe. 


Sebelum sampai di Pos 2, kami sampai di sebuah tempat ikonik berupa batu besar yang ciamik banget dipakai untuk berfoto ria. Tempat ini bernama Watu Jago, 2659 mdpl. (Salam Perpisahan Untuk Lawu Di Watu Jago). Tak lama menghabiskan waktu disana kami melanjutkan perjalanan sampai di Pos 2 (Watu Gedheg - 2579 mdpl). Pos 2 ditandai dengan shelter yang cukup luas di sisi tebing.

Mulai Panas Dan Lelah Pos 2 ke Pos 3

Jalur di sini bisa dibilang mulai menguji ketangguhan kita sebagai seorang pendaki pemula. Mulai dari kategori adaptasi ke masih asik, menuju Pos 3 ini saya bilang mulai panas dan menguras banyak sekali tenaga. Di jam yang belum sampai setengah hari, kekuatan mulai terkuras, panas mulai menyengat, dan keceriaan yang tadi kami masih bisa nikmati perlahan sirna seiring terik yang mulai membakar semua itu. Kecuali semangat kami, yang tetap menggebu walau raga sudah tak mendukung. Hehe.  


Nah, ini (atas) track menuju Pos 3 dan salah satu view (bawah) yang bisa tertangkap kamera. Boro-boro mau nyari view keren gaes. Tas carier di pundak ditambah jalur yang bisa dibilang nantang banget (ngajak gelut sih) udah bikin ngos-ngosan. Tapi tetep lah ya, demi dokumentasi saya harus kuat, hehe. Dan ini buat hadiah kalian yang kurang percaya betapa asyiknya muncak. Buktiin sendiri gaes!


Alhamdulillah akhirnya sampai di Pos 3 (Watu Gede - 2800 mdpl) pukul 11.11. Sama seperti pos sebelumnya, Pos 3 ini ditandai dengan adanya shelter. Istirahat total gaes disini. Semua pada tidur. Nah, karena saat itu pas tanggal 17 Agustus kami mulai muncak, di sana ruame banget orang ya gaes. Yang turun apalag, seabrek. Jadi kami berbagi jalur sempit sama pendaki yang turun. Bisa dibilang di pos ini terjadi sedikit kemacetan lalu lintas gunung gaes, hehe.

Meraih Asa Dari Pos 3 Menuju Pos 4

Selepas bangun tidur untuk mengisi tenaga, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 4. Jalur disini masih didominasi tanjakan-tanjakan yang gak ada habisnya gaes. Di jalur ini, kalau kalian udah nemiun pegangan jalan dari besi, itu tandanya udah deket ke Pos 4. Dan jika kalian menemukan pendaki yang turun dan bilang "puncak sudah dekat" atau "puncak 5 menit lagi", percayalah mereka sedang melancarkan hoax terselubung demi menambah semangat dan keceriaan kita. 


Disini kami secara spontan dan tanpa kata membagi team menjadi 2. Saya sama Arif membawa carier besar yang kalau buat berdiri dari duduk itu butuh tenaga yang besar sehingga bakalan capek kalo dikit-dikit istirahat. Atas pertimbangan tersebut, kami berdua mutusin tancap gas duluan membawa tenda dan logistik terlebih dahulu ke atas. Sedangkan 5 sisanya berjalan santai menyusul kami menuju Pos 4.


Alhamdulillah sampai Pos 4 (Watu Kapur) pukul 13.51. Pos 4 ini tidak seperti 3 pos sebelumnya yang terdapat shelter, disini merupakan area yang luas saja dengan view awan yang sudah bisa dinikmati. Nah, sambil nungguin temen-temen ber-5 di bawah, kami tidur cukup lama sekitar 30 menitan. Eh ternyata yang lainnya sempet-sempetin foto dulu dengan background awan. Waduh kelewat view keren cuma demi tidur gaes. Hehe.

Break Geden Antara Pos 4 menuju Pos 5

Selepas berkumpul, kami melanjutkan perjalanan ke atas. Baru beberapa meter saja berjalan capek melanda yang tak bisa tertahankan lagi. Lapar, letih, lesu semua campur aduk tak karuan. Demi kemaslahatan bersama kami putuskan untuk beristirahat sekaligus mendirikan tenda untuk keperluan masak memasak di situ. Alhamdulillah kami menemukan sebuah lokasi yang cukup luas untuk mendirikan tenda yang sisi atasnya terhalang sehingga aman dari terpaan angin dari puncak. Akhirnya Break Geden (Istirahat besar-besaran).


17 Agustus 2015. Saya Agung, bersama teman-teman Rakom dan Arif mengibarkan Sang Saka Merah Putih dari ketinggian 3000 mdpl lebih sore itu. Menuju senja mengingatkan diri bahwa negeri ini indah, Berkah dan Rahmat Allah SWT lah semua keindahan dan anugrah ini. Semoga kami dapat menjaganya, dan semoga kami dapat mengibarkan Sang Saka ini sekaligus mensyukuri nikmatNya di ketinggian yang lain. Aamiin.


Dan gak kalah keren, momen sunset. Beruntung bisa lihat sebentar. Karena badan sudah capek, begitu matahari terbenam, kami langsung istirahat. Makan tadi udah setelah tenda berdiri. Lanjut istirahat buat besok ke Puncak Hargodumilah.  


Next kita berangkat besoknya ke Puncak jam 04.00 ya gaes. Lihat betapa kerenya Puncak dan perjuangan untuk sampai ke sana di artikel selanjutnya,

Pertama Kali Muncak Hargo Dumilah Gunung Lawu

 

0 Comments