Nyambel Bawang Bersama Di Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul

Baru-baru ini saya sangat senang saat pulang ke Gunungkidul. Orang rumah sering mengajak makan bersama sambil menikmati keindahan alam di sekitar. Kali ini kami singgah untuk nyambel bawang bersama di Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder, setelah sebelumnya menimang lokasi yang akan dituju. Awal mula ingin melipir untuk sarapan ke Watulumbung, tetapi akhirnya pilihan jatuh kepada Tahura Bunder dan berubah rencana menjadi makan siang karena lokasi yang lebih jauh dari rumah. Sekalian ngulik tempat baru yang belum pernah saya kunjungi.

Akses dan Lokasi

Kami berangkat dari rumah sekitar pagi menjelang siang. Dari rumah menggunakan kendaraan bermotor membutuhkan waktu 30 menitan  untuk sampai di Tahura ini. Lokasinya cukup mudah ditemukan karena berada di pinggir jalan utama Jogja-Wonosari. Tepatnya berada di kilometer 30 Jalan Jogja-Wonosari, Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bersebelahan dengan Sungai Oyo. Kalau waktu tempuh dari pusat kota  Yogjakarta adalah sekitar 1 jam arah kota Wonosari. Setelah memasuki kilometer 30 pintu masuk Tahura ini berada di kiri jalan.

Informasi Umum

Taman hutan raya ini memiliki luas kurang lebih 634 hektar. Merupakan salah satu penyumbang oksigen alami yang menjadi paru-paru kota. Selain juga difungsikan sebagai tempat wisata, tahura ini menjadi tempat penelitian dan konservasi di kawasan Gunungkidul.

Menurut Wikipedia, Tahura Bunder sebelumnya merupakan Hutan Produksi Tetap (HPT) sebelum diganti menjadi taman hutan raya sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor :  353/Menhut-II/2004 pada tanggal 28 September 2004 dan diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Bowono X pada Desember 2012.

Awalnya kawasan ini merupakan area hutan produksi yang didominasi oleh pohon kayu putih. Pohon inilah yang biasa ditebang daunnya saja tiap beberapa waktu tertentu untuk bahan baku produksi minyak kayu putih. Di Gunungkidul sendiri terkenal dengan lokasi penyulingan kayu putih yang salah satunya juga berada di kawasan tahura ini, bernama Sendangmole.

Melanjutkan apa yang saya baca di Wikipedia, Tahura Bunder akan dibagi menjadi 3 (tiga) zona, yakni Zona pertama terdiri dari atraksi gajah, area bersepeda, perkemahan, kuliner gantung, dan pertunjukan budaya. Zona kedua terdiri dari pusat penelitian, pabrik minyak kayu putih, persemaian dan pusat indukan rusa. Zona ketiga terdiri dari penangkaran reptil, taman burung, koleksi satwa dan wanatani, arboretum dan plaebotani karst.

Saat sampai di sini suasana sepi dan hampir tak terlihat ada pengunjung. Beberapa orang datang kemudian setelah kami mengelar tikar untuk makan. Itupun saya perhatikan adalah orang-orang yang mampir saat menuju atau dari arah Yogyakarta. Mungkin efek dari pandemi beberapa tahun kebelakang. Paman saya langsung menemui petugas jaga dan meminta izin untuk masuk kawasan tahura begitu pula dengan urusan tiket restribusi. 

Serasa taman pribadi kami menggelar tikar tak jauh dari lokasi parkir. Langsung santap siang dengan macam-macam masakan yang dibawa dari rumah. Suasana tak terlalu panas tetapi agak gerah karena cuaca mendung, mungkin akan segera turun hujan. Suapan demi suapan kami nikmati diiringi sruputan teh hangat buatan rumah yang tak ada duanya menurut saya. 

Diselingi obrolan kecil hangat sembari membahas hasil laga piala dunia malam-malam kemarin. Kami memang siapkan jersey kesayangan negara kami masing-masing untuk berfoto ria. Sembari menikmati spot keren dan fasilitas yang ada di Tahura Bunder ini.

Tiket Restribusi

Karena kebetulan keluarga kami sama-sama penggiat wisata di kawasan Gunungkidul, jadi untuk urusan tiket saya selalu menyerahkannya kepada Paman atau Bapak untuk mengurusnya. Karena mereka di lokasi satu dengan lainnya bisa jadi saling kenal sehingga memudahkan untuk berkoordinasi.

Yang saya amati kemarin kalau tidak salah biaya untuk masuk ke Tahura ini hanyalah sebatas tiket parkir untuk :

  • Kendaraan roda 2 yaitu Rp 2.000. 
  • Untuk mobil kecil yaitu Rp 5.000. 
  • Minibus dan kendaraan pariwisata berkisar antara Rp 10.000 - Rp 20.000.

Beberap Spot Tahura Bunder

Selesai santap siang kami sempatkan berkeliling kawasan Tahura ini. Beberapa yang bisa kami temui di sini antara lain :

Bundaran tahura

Merupakan bangunan melingkar bertuliskan Tahura Bunder. Tepat beberapa meter setelah pintu masuk sebagai penyambut mereka yang datang berkunjung. Bundaran ini juga menjadi salah satu icon yang paling mudah dilihat oleh pengguna jalan karena bisa langsung terekspos dari jalan raya. Salah satu spot foto yang keren juga untuk dijadikan kenang-kenangan.

Gardu pandang tahura

Tempatnya tak terlalu jauh dari lokasi kami parkir dan menikmati santap siang. Bangunan semi permanen dengan ketinggian di atas rata-rata ini dapat dinikmati oleh pengunjung. Selain dapat melihat sekilas area tahura secara lebar, gardu pandang ini juga jadi tempat yang bagus untuk berfoto.

Area oubond

Area outbond terdiri dari beragam spot seperti flying fox, jembatan gantung, camping ground, dan hammock, dan lain sebagainya. Namun sayang banyak spot di area outbond ini tak terjamah atau sudah lama tak difungsikan. Benar memang efek pandemi yang belum sepenuhnya normal.

Area bermain anak

Berbeda dengan area outbond area ini seperti taman bermain anak. Ada prosotan, jungkat-jungkit, bola dunia, dan masih banyak yang lainnya yang tentunya membuat betah anak-anank untuk bermain di sini.

Lokasi penangkaran rusa

Terlihat juga beberapa rusa di area Tahura ini. Lala juga sangat antusias melihat rusa walaupun jauh dari lokasi pagar. Dilansir dari DLKH JogjaProv, Dalam upaya menjaga keanekaragaman jenis satwa di luar habitatnya, Tahura Bunder Yogyakarta mengelola kandang koleksi Rusa Timor (Rusa timorensis) di dalam Kawasan Tahura Bunder. Rusa Timor merupakan salah satu dari lima rusa yang ada di Indonesia dimana kelima jenis rusa ini merupakan satwa yang dilindungi berdasarkan Permen LHK No. 106 Tahun 2018.

Fasilitas Tahura Bunder

Fasilitas penunjang di Tahura Bunder ini terbilang cukup baik dan lengkap walaupun sayang pada saat kami berkunjung terlihat agak kurang cerah, mungkin karena agak lama tak terpakai selama pandemi.

Oh iya, saya juga baru ingat kalau dahulu waktu SMP, kawasan inilah yang menjadi tempat saya melaksanakan kemah budaya. Sedangkan di kesempatan lain yang jauh sebelum itu juga di masa SD, saya melakukan kegiatan hiking di sini. Entah beberapa puluh tahun yang lalu dan kerennya hutan ini masih terjaga dan tetap terlihat rimbanya. Waktu itu yang saya mengenal kawasan hutan ini dengan nama Hutan Wanagama, yang memang sebuah hutan yang sering digunakan untuk berkegiatan alam seperti kemah dan juga hiking.

Kelebihan Tahura Bunder

Kalo ngomongin kelebihan, wisata di Gunungkidul menawarkan suguhan alam yang masih asri dengan berbagai macam fauna dan flora lokal yang memang sudah ada sejak dahulu. Terlebih lagi karena daerah yang memang berada di ujung selatan Daerah Istimewa Yogyakarta ini membuat nuansa hutan rimba masih sangat kental.

Potensi

Selain potensi wisata, kawasan Tahura Bunder ini menyimpan banyak sekali hal yang dapat dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut. Seperti dari sisi keberagaman flora dan fauna yang masih sangat bisa lagi dieksplorasi dan diteliti untuk pengembangan dan keberlangsungan alam yang lebih baik  kedepannya.

Fauna

Yang namanya hutan tentu banyak sekali tumbuhan yang ada. Selain tumbuhan biasa banyak juga terdapat tumbuhan yang tergolong langka. Semuanya selalu diupayakan kelestariannya sekaligus memperkaya jumlah koleksi tumbuhan tersebut. Diantara banyak tumbuhan di tahura ini antara lain :

  • Binatos
  • Asam Jawa
  • Kepuh
  • Laban
  • Mojo

Flora

Yang jelas terlihat sih rusa ya di sini. Itu karena memang ada penangkaran rusa. Tetapi untuk hewan lokal sendiri yang memang sudah menjadi habitatnya dari dulu juga tak kalah beragamnya antara lain :

  • Bajing
  • Tupai
  • Burung : burung madu kelapa, burung madu sri gati, aneka burung kecil lainnya.
  • Elang : elang ular bido, elang elpacina
  • Alap-alap sapi
  • Berbagai macam serangga
  • Dan bahkan ular.

Selesai santap siang kami sekeluarga menyempatkan diri untuk eksplore lokasi dan tidak lupa berfoto ria sebagai kenang-kenangan. Menyenangkan melihat anak-anak kecil berlari-larian. Apalagi antusias mereka bermain sambil mengnal alam menjadi nilai positif tersendiri baginya dan kami dalam membersamai anak di usia tumbuh kembangnya. Semoga kawasan ini selalu terjaga sampai waktunya anak cucu kita membersamai anak cucu mereka. Salam lestari.

0 Comments