Gunung
Api Purba Nglanggeran ini berada di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk,
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalau dari Kota
Yogyakarta mudah saja, ambil jalur ke Gunungkidul nanti akan melewati
Jalan Wonosari. Lurus aja terus jalan landai sampai ada lampu merah
beberapa meter sebelum tanjakan (daerah Piyungan). Lurus lagi melewati
tanjakan dan tikungan sampai di gapura selamat datang di Gunungkidul,
naik sedikit lagi lalu menemui bunderan Patuk (daerah Patuk), tengok ke
kanan ada Polsek Patuk. Nah untuk ke Nglanggeran ambil yang kiri.
Nah
dari sini sih masih lumayan jauh untuk akses ke Nglanggerannya dan
melewati jalan pedesaan. Ada baiknya bertanya warga sekitar untuk akses
pastinya. Jalannya enak kok dan sepertinya tak banyak cabang jalan,
ditambah plakat wisata yang seabrek. Hanya saja alangkah baiknya kita
memastikannya sekaligus berinteraksi dengan warga lokal, daripada
nyasar. Hehe. Kalau waktu tempuh total Jogja (kota) - Nglanggeran
(basecamp) sekitar 1 jam.
Nah ini perlu saya sampaikan juga ya untuk harga tiket per Maret 2019 terakhir saya kesini adalah 15.000 per orang dan biaya parkir motor adalah 2.000. Untuk fasilitas, saya pikir bagus kok. Selain ada area taman purbakala yang bisa buat keluarga dan anak - anak di beberapa meter setelah pintu masuk, pendopo juga banyak tersedia di beberapa titik yang cukup membantu untuk tempat beristirahat dan mungkin tempat yang pas jika sewaktu - waktu hujan melanda. Lebih lagi petunjuk arah yang dijamin gak bakalan bikin kita nyasar kalau kita tetap fokus dan tak bercanda berlebihan ya.
Gunung Api Purba Nglanggeran
Sekilas,
gunung ini merupakan bukit dengan tumpukan batu raksasa yang ditumbuhi
berbagai macam flora. Bukan batu polosan, jika dilihat dari bawah akan
terlihat keren karena perpaduan warna coklat (batu) dan hijau (aneka
flora). Diperkirakan dulunya tempat ini adalah puncaknya Gunung Api
Purba. Namanya gunung purba, jangan tanya mana kawahnya ya, tentunya
sudah tak ada sejak berjuta - juta tahun silam tentunya. Kalau saya
pribadi amati ya, Gunung ini kok seperti ada 2 ya, sisi timur dan sisi
barat. Sisi timur itu yang dekat dengan Embung Nglanggeran dan yang sisi
barat ya jalur pendakian ke Puncak Gedhe. Ow iya, puncak Gunung
Nglanggeran itu bernama Puncak Gedhe.
Kata
Nglanggeran yang merupakan nama Gunung ini berasal dari kata
"nglanggar" yang artinya melaggar. Menurut cerita, dahulu kala ada
seorang dalang yang murka saat tahu wayangnya rusak oleh ulah warga
sekitar saat ditinggalnya istirahat. Nah beberapa dari mereka dikutuk
menjadi wayang dan di buang di gunung ini. Masyarakat percaya tempat ini
dijaga oleh makhluk bernama Kyai Ongko Wijoyo dan Punokawan tokoh dalam
pewayangan Jawa.
Ada lagi di puncak timur gunung ini terdapat sebuah daerah yang unik yaitu Dusun Tlogo Mardhido,
disebut juga Kampung Pitu. Dimana desa ini hanya diisi 7 kepala
keluarga saja. Mitosnya jika dihuni lebih dari 7 KK, keluarga ke 8 akan
mendderita sakit hingga kematian. Dan jika dihuni kurang dari 6 KK, maka
desa itu akan tertimpa wabah penyakit.
Mendaki 700 Mdpl, Otw Puncak Gede
Saat itu pukul 2 siang saya sampai di basecamp Gunung Nglanggeran. Kami melakukan registrasi dan membeli tiket juga persiapan air minum dan snack. Sempat saya bertanya pada penjaga basecamp rombongan yang naik hari itu. Ternyata nihil dan kamilah satu - satunya rombongan hari itu. Sedikit takut sih, tapi banyak antusiasnya.
Nah meurut literasi di internet yang berhasil saya temukan (berdasaarkan
tulisan dari Moro, H.K.E.P - Pendidikan Biologi FKIP UAD Yogyakarta)
ternyata wilayah Gunung Api Purba Nglanggeran ini dibagi menjadi 7
wilayah penelitian yaitu : Kalisong, Song Gudel, Pos I (495 mdpl), Pos
II (510 mdpl), Pos III (525 mdpl), Pos IV (560 mdpl), dan Puncak (700
mdpl). Tapi mungkin apa yang saya tuliskan tak sesuai dengan data literasi tersebut karena sepanjang jalan saya tak memperhatikan dan menemukan papan plakat lokasi posnya. Pos I saja yang berhasil saya temukan.
Tepat pukul 02:40 kami mulai perjalanan naik beberapa anak tangga yang saya pikir jalur akan seperti itu sampai puncak dan ternyata tak sampai 1/4 perjalanan sudah berubah menjadi jalur yang "istimewa". Hahaha.
Joglo Basecamp (Kalisong)
Persiapan trekking kami disambut sebuah pendopo joglo yang lumayan luas. Di belakangnya terdapat pohon yang besar dan rindang, di belakangnya lagi terlihat daerah hutan yang cukup lebat dan tak ada jalur. Untuk jalur ke puncaknya belok ke kiri ya. Hehe.
Naik lagi melewati tangga batu yang tersusun rapi dibawah sebuah batu besar. Nah disini ada ornamen kayak tulang dinosaurus gitu, tapi seperti pahatan di batu saja sih, bukan tulang asli sepertinya.
Song Gudel
Naik lagi kemudian kita akan menemui plakat bertuliskan Song Gudel. Song Gudel sendiri berarti kandang anak kerbau. Adalah sebuah lokasi dimana batuan besar yang disangga batuan kecil membantuk sebuah goa yang menyerupai kandang.
Taman Sejarah Purbakala
Nah dari sini ada 2 jalur kalo ke kiri jalur ke taman purbakala yang isinya adalah semacam taman berbain dengan beberapa patung dinosaurus dan ornamen ala - ala purba. Cocok untuk wisata keluarga. Terlebih menuju ke sini tak naik terlalu tinggi dan langsung tembus ke bawah lagi (basecamp).
Spot Foto dan Gazebo
Sepanjang jalan awal ke atas terdapat beberapa gazebo dan juga area foto (sarang burung), yaitu sejenis batu besar yang di atasnya diberi sarang - sarangan burung besar untuk berfoto. Bagaimana penampakannya dari dekat, sayangnya saya tak mampir untuk melihatnya. Saya hanya mengintip dari bawah batu saja kemudian melanjutkan perjalanan.
Lorong Sumpitan
Lorong sumpitan adalah sebuat jalanan kecil yang berada di antara celah batu besar. Saat pendakian kita akan menemuai 2 Lorong Sumpitan. Yang pertama adalah lorong yang berada di antara bebatuan dengan celah yang sempit dengan beberapa jalan menanjak dengan tangga kayu ala kadarnya. Beberapa langkah menuju akhir lorong sumpitan yaitu jalanan menaiki tangga kayu, terdapat batu yan terjepit di sela - sela batu besar yang mengharuskan kita menunduk agar dapat melewatinya. Kalau yang udah pernah liat film 127 Hours, batu itu mirip batu yang ada di film tersebut, yang akhirnya membuat Sang tokoh utama Aaron Rastlon kehiangan salah satu tangannya.
POS I Gunung Nglanggeran
Nah kayaknya setelah lolos dari sini ini udah jadi POS I deh, soalnya emang agak tak jelas tandanya. Dari sini setelah melewati Lorong Sumpitan, kita akan disuguhkan pemandangan yang cukup keren, tak terlalu tinggi tapi bagus kok, apalagi saat melihat ke atas, masih ada bukit batu tinggi menjulang yang harus diputari dan hutan yang semakin lebat. Mulai dari sini trekking hutan dimulai.
Lorong Sumpitan 2
Tak berapa lama berjalan kita akan menemui lagi Lorong Sumpitan 2. Lorong ini lebih sempit dari yang pertama. Aksesnya jalan bebatu yang sedikit menanjak. Asli ini sempit banget dan mungkin bagi yang badannya besar tak cukup masuk ke sini.
Setelah melewati Lorong Sumpitan 2 jalannya full hutan dengan beberapa lokasi climbing tipis - tipis dengan bantuan tali. Jalan mulai menanjak tapi asik karena tak panas karena pepoonan yang rindang. Saya pikir depan puncak eh bukan, jalan lagi saya pikir puncak eh bukan. Lha 700 Mdpl ini kapan puncaknya?
Sumber Mata Air Comberan
Sampai di sebuah persimpangan dan plakat Sumber Mata Air Comberan, kami memilih untuk menuju puncak melewati jalur puncak. Jadi tak mampir ke Mata Air Comberan. Karena waktu yang semakin sore dan kami tak mau tersesat atau terjadi hal - hal yang tidak diinginkan karena tulisan "area sakral" terpampang jelas di plakat.
Kalau dipikir sih jalannya jelas kok seandainya mau menuju ke sana dan beberapa artikel saya baca dari Mata Air tersebut ada jalur juga menuju puncak. Saya mah cari aman aja dulu, besok - besok balik lagi kalau pas rame orang dan waktunya gak mepet. Haha.
Puncak Bukit Sisi Selatan
Awalnya ini saya kira puncak tapi tenyata saya liat dari sini ke sisi selatan ada lagi bukit dan saya yakin puncaknya di sana karena ada semacam tanda kecil seperti tugu yang tenyata pondasi sebuah tiang. Tak jauh kok dari puncak bukit sisi selatan ini melewati camping ground yang saya bilang tadi.
Puncak Gedhe
Tak berjalan lama, sampailah kami di Puncak Gedhe 700 Mdpl Gunung Nglanggeran. Dari puncak Gedhe terlihat pemandangan yang cukup keren walaupun sangat terlihat bahwa lokasi puncak ini tak terlalu tinggi. Tetapi pemandangan desa yang keren, ditambah bukit sisi timur yang terlihat jelas dan Embung Nglanggeran menjadi komposisi pemandangan yang pas sore itu. Tentu yang paling berkesan adalah jalur dan proses perjalanannya. Mantap dah pokoknya.
Jalur Keluar
Puas menikmati puncak kami kembali turun dan sampai di persimpangan plakat menuju Air Terjun Comberan, ambil jalur kanan atau ikuti plakat turun / jalan keluar. Jalur turun mulai dari sini berbeda dengan jalur naik tadi ya. Jadi kita gak akan susah payah lagi nurunin 2 Lorong Sumpitan yang sempit sekali. Hehe.
Nah saat kalian menemukan "warung kejujuran", berarti basecamp sudah dekat bro. Nah unik nih ada sebuah warung kejujuran dimana di kotak merah itu berisi berbagai macam air yang jika mau beli tinggal ambil aja kemudian taruh uangnya di dalam kotak. :) Gak ada yang jaga kok, jadi hayo jujur - juruan. Hehe.
Akhirnya kesampaian juga trekking lagi ke Gunung Nglanggeran setelah lebih dari 10 tahun yang lalu kali terakhir saya ke sini bersama rombongan hiking SMK N 2 Wonosari. Waktu itu naik gunung masih biasa saja, jalurnya pun beneran masih asli tanpa ada plakat apapun, cuma tanda yang emang dibuat panitia buat penanda jalurnya. Terlebih tak ada dokumentasi kecuali dari arsip SMK mungkin ada. Inget banget saya berasa muter - muter waktu dulu nyari jalan pulang dan hampir masuk ke jurang karena tak sanggung mengerem dadakan saat turun dari jalur yang lumayan curam. Beruntung tak sampai terjadi apa - apa. Dan beberapa waktu kemaren balik lagi ke sini dengan segala perubahannya tetapi alam yang masih terjaga. Masih rindang dan jadi habitat monyet - monyet lokal. Semoga tetap seperti ini dan semakin asri. Aamiin.
Team Perjalanan
Kali ini saya bersama sepupu saya yang pernah naik ke sisi timur Gunung ini tetapi sama - sama tak tahu jalur sampai ke Puncak Gedhe. Nah, pengalaman lain jadi kali ini saya yang jadi penanggungjawab karena saudara saya masih duduk di bangku SMK. Tapi tak disangka, malah selama perjalanan dialah yang paling kuat dan saya pun banyak keteteran. Haha. Tenaga muda memang. Mungkin karena sudah lama tak berkegiatan alam. Dan saya pikir naik Nglanggeran itu bisa jadi kayak jalan santai dan piknik. Tenyata salah besar. Sekali lagi, jangan meremehkan Gunung seberapa pun data angka ketinggiannya. Haha.
40 Comments
Seru banget ya. Kebayang betapa butuh nyali buat lewat jalur sumpitan. Ngeri nggak muat aja.
ReplyDeleteNgeri kalo tiba2 bebatuannya bergerak aja. Kalo bagi pemilik badan besar yg gak ketulungan jelas gak bakal bisa lewat itu. Hehe..
DeletePerjuangannya terbayarkan dengan pemandangannya. Kalau saya kayaknya bakal nyerah di tengah jalan 😆
ReplyDeleteEh ini gak seperti yang dibayangkan kok. Malah bakalan fun dan sehat. Hehe. Pokoknya yakin dulu aja sampe puncak. :)
Deleteuntuk biaya oprasional kesana berapa kk abisnya
ReplyDeleteMaksudnya biaya operasional gitu gimana ya?
DeleteKalau biaya pendakian (update sampe akhir 2021) yaitu :
1. Tiket masuk domestik untuk siang 15.000 dan malam 20.000.
2. Parkir kendaraan roda dua 2.000 dan roda empat 5.000.
3. Uang saku untuk jajan tergantung budget dan keinginan.
Kalau biaya operasiona akses ke lokasi pendakian tergantng start dari mana.
nasib wong lemu kayak saya, ngelewatin tengah batu udah kejepit duluan boro - boro bisa muncak. hehehe...
ReplyDeleteTetap optimis Mas. Semua pasti ada jalannya. Hehe
Deletebikin ingat masa lalu dimana mendaki kaki gunung merapi daerah sekitaran kota solo. pemandangannya memang memanjakan mata
ReplyDeleteMerapi tak pernah ingkar janji. Pingin banget mendaki kesana tapi belum kesampaian. Hehe.
DeleteWow! keren banget pemandangan nya kak, jadi pengen mendaki gunung api purba... Nice review kak... btw foto-foto dokumentasinya keren-keren banget kak... Mantap!
ReplyDeleteMakasih kak. Bisa diagendakan nih. Selain pemandangannya yang keren, jalurnya juga bersahabat kok.
DeleteJadi kangen ngegunung lagi nih baca tulisannya Mas Agung.
ReplyDeleteCoba ke Gunung Gede di kota saya, Mas Agung. Di Sukabumi. Ada hamparan Edelwise di atasnya, one of the best viewing
Asli dulu pernah jadi salah satu prioritas bucket list pendakian gunung saya. Gede Pangrango selalu jadi khayalan kesukaan saya ditambah dengerin sajak Mandalawangi. Hehe. Tapi mungkin saat ini belum bisa terealisasikan. Semoga kapan waktu bisa ya Mas. Hehe.
Delete700 mdpl terdengarnya "ah gunung pendek nih" tapi kalo treknya terjal yaa menantang juga yaa.. emang bener sih, jangan pernah remehkan gunung krn kita gak tau apa yg terjadi pas lagi trekking.
ReplyDeleteBtw, kalau naik gunung aku tuh paling seneng ngejar sunrise sama liat samudra awan. duh rasa capeknya tuh kayak terbayarkan..
Iya bener kalimat legendaris nih, "jangan pernah remehkan gunung". Enggak ngeremehin sih sebenernya tapi kadang suka berekspektasi yang mengarah ke sedikit rasa jumawa. Hehe.
DeleteKalau saya suka semua part of mendaki gunung, Mbak. Makanya saya kalau cerita tentang pendakian bisa sedetail-detailnya. Tapi kan ya kasihan yang baca nanti malah muntah. Hehe.
Apakah untuk tahun 2021 biaya tiketnya masih 15.000 Kak?
ReplyDeleteUntuk tahun 2021 ini biaya tiket domestik dibagi 2 kak, siang 15.000 dan malam 20.000. Weekday dan weekend sama saja. Begitu info dari pihak Gunung Api Purba Nglanggeran. Mungkin bisa di kroscek ke akun instagramnya (@gunungapipurba).
Deleterasanya jadi pengen kesana mas,, di kalimantan tempat saya tinggal cukup sulit cari tempat yang pemandangannya cukup epic
ReplyDeleteSilahkan kak bisa diagendakan kalau lagi ke Gunungkidul. Hehe.
DeleteSeru banget membaca perjalanan/trekking menuju puncak Gunung Nglanggeran ini. Pasti puas banget ya begitu sudah sampai di puncak
ReplyDeleteBener banget, walaupun tidak terlalu tinggi dalam hitungan mdpl tapi cukup puas sampai puncak dan lihat pemandangannya.
DeleteMeskipun jalurnya dah bagus tapi tetep nanjaknya curam yah mas. Aku kuat ngga ya kalo ikutan naik kesana wkwkwk. sangsi sama diri sendiri liatin foto2nya
ReplyDelete"Never underestimate yourself." Selalu semangat, pasti ada jalan. Saya juga udah lama enggak mendaki waktu ke Gunung Nglanggeran ini. Tapi Alhamdulillah bisa sampai atas dengan treking santai.
DeleteTempat nya bagus kak, gunung purbakala ya, ditempat saya ga pernah dengar, semoga tetap terjaga keindahan alam nya...
ReplyDeleteIya kak, Gunung Api Purba Nglanggeran. Aamiin. Salam Lestari.
DeleteAku kalau baca cerita para pecinta alam mendaki gunung tuh keren dan takjub banget. Lihat lorong sumpitan 1 aja udah takut, eh ada lagi sumpitan 2 hmmm... Tapi terbayar saat diatas ya kak. Awesome!
ReplyDeleteHaha, sebenarnya biasa aja kok mbak. Sama kok tetep aja ngos2an, capek, keringeten, dan lain2 umumnya manusia biasa. Hehe.
DeleteLewat lorong sumpitan itu awalnya takut juga dan sempet mikir bakalan kejepit enggak nih. Tapi ternyata asik kok. Aman terkendali.
Lagi-lagi gunung kidul menampakkan pesonanya. Banyak destinasi yg blm saya eksplore. Mungkin suatu saat kita bisa ketemuan disana. Sy dah lama ga pulang kesana.
ReplyDeleteKebetulan saya juga perantau. Tapi Alhamdulillah karena deket dan akses yang mudah jadi bisa sesekali balik ke Gunungkidul.
DeleteKeren. Saya baru tau sama gunung ini, rasanya belum sehits gunung dan tempat wisata lain di DIY, ya? Atau sayanya yang ngga up to date hehe. Btw gunungnya indah banget, jadi kayak di film-film..
ReplyDeleteSaya tahu gunung ini udah dari smk sih mungkin tahun 2010an ya. Tapi emang mulai terkenal pas rame-ramenya "virus" traveling. Dan emang pas pendakian ini udah sangat beda dari yang waktu smk dulu. Banyak banget yang udah dibenahi dan jadi bagus baik jalur dan fasilitasnya.
DeleteIya kak indah banget. Apalagi Desa Wisata Nglanggeran (kawasan wisata tempat Gunung Nglanggeran ini berada) baru aja ditetapkan sebagai salah satu Desa Wisata Terbaik Dunia tahu 2021 oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO).
Rute yang luar biasa untuk dilalui dama pemula seperti saya. Cukup kagum sama orang2 yg bisa tahan ngebolang gini. Capeknya pasti terbayarkan sama panorama alamnya. Pengen ke sana juga hehe. Semoga bisa kesampaian ke sana kayak kakaknya. Aamiin
ReplyDeleteNamanya juga udah suka, mau gimana lagi. Capek gak capek harus tetep jalan. Ya bener sih bonusnya cukup menutup rasa capeknya. Hehe.
DeleteSemoga disegerakan ya kak. :)
perjalanan yang jauh ya..tapi happy kalo dah samapi di atas melihat pemandangan yang indah... akses nyelip diantara batu itu ..sulit gak sih..?
ReplyDeletekalau dihitung dari rumah ke sini lumayan jauh juga sih, tapi kalau trekkingnya enggak seberapa. Asli bagus banget pemandangannya di atas. Lewat Lorong SUmpitan ya? Awal tak kira susah tapi ya enak2 aja kok. Aman dan enggak terlalu butuh effort yang gede.
DeleteSeru banget yaa, dan tempatnya juga sudah rapi jadi objek wisata, jadi ga ada stigma kalau gunung itu menyeramkan dan liar wkwkk. Semoga kapan2 bisa mendaki disini hehe
ReplyDeleteBener kak, tapi masih ada di beberapa titik yang tetap dijaga keaslian alamnya. Bagaimanapun gunung kan punya ekosistemnya sendiri yang juga harus dijaga. Menyeramkan dan liar juga bagian dari ekosistem gunung kalau menurut saya. Kitanya yang harus menyesuaikan. Tetap waspada dan selalu menjaga diri dan alam. Hehe.
DeleteSemoga dimudahkan kak ya. Salam Lestari.
Belum pernah mendaki gunung dengan bekal dan semacamnya Bang, saya pernah mendaki bukit aja di daerah saya hehe. dilihat dari foto-fotnya suasana dan pemandangannya bagus dan indah. keren Abang bisa sampai.
ReplyDeleteTerima kasih Bang.
Sesekali coba Bang, mendaki sekaligus camping.
Delete