Explore Benteng Kedung Cowek Melalui Jalur Laut Bersama Komunitas Love Suroboyo


Beberapa hari setelah Idul Fitri 1440 H saya sudah harus kembali ke Surabaya lebih cepat dari jatah libur normal penanggalan nasional setelah meng-enakan diri bertemu keluarga tercinta di Jogja. Kebetulan paginya setelah saya sampai di Surabaya ada semacam silaturohmi lintas komunitas yang awalnya saya pikir halal bi halal bertempat di Hotel Majapahit. Belakangan saya tahu kalau ternyata ini adalah pertemuan komunitas lintas sejarah yang fokusnya pada pembahasan Benteng Kedung Cowek. Yah sebelumnya emang terdengar kabar yang santer sih kalau lahan Benteng Kedung Cowek ini telah berpindah tangan ke pihak swasta, tapi untuk kejelasan dan kepastian siapa pemiliknya juga masih abu - abu. Kebetulan sekali saya sejak dulu juga penasaran banget sama Benteng Kedung Cowek ini jadi perjalanan kita mulai dari sini.

Sabtu, 9 Juni 2019 acara ini diselenggarakan dengan tema "Benteng Kedung Cowek, Sebuah Fragmentasi Berkelanjutan". Banyak hal yang dibahas di sini seperti sejarah benteng, perbandingan dengan benteng - benteng jaman dahulu di beberapa daerah di Indonesia, pandangan beberapa audiens, dan sampai ide - ide bagaimana benteng ini akan di bawa kedepannya tentunya yang sejalan dengan pelestarian sejarah dan daerah cagar budaya. Ternyata, Benteng Kedung Cowek ini statusnya masih belum ditetapkan sebagai bagunan cagar budaya. Hal ini tentunya wajar jika menimbulkan kekhawatiran bagi banyak pengiat sejarah. Maka dari itu seminggu kemudian atas inisiatif peserta yang hadir dalam diskusi, disetujui untuk dilakukan kerja bakti bersih - bersih Benteng Kedung Cowek ini.

Foto by @edoniarjeripratama

Bertepatan dengan acara halal bi halal Komunitas Love Suroboyo yang berada di Angkringan Matahari, sebelah ujung Jembatan Suroboyo yang juga dilaksanakan tanggal 16 Juni 2019 maka kami beberapa team membagi diri untuk sekalian explore Benteng Kedung Cowek terlebih dahulu dan beberapa mengikuti kegiatan kerja bakti yang dilakukan bersama - sama oleh komunitas penggiat sejarah dan masyarakat sekitar. Nah yang beda adalah kami dari Komunitas Love Suroboyo menuju Benteng Kedung Cowek ini melalui Jalur Laut.

Start Perjalanan Taman Suroboyo

Nah perjalanan dimulai dari Taman Suroboyo sekaligus melihat icon baru Surabaya yaitu Patung Suroboyo yang barusan diresmikan sebagai hadiah ulang tahun ke 726 Kota Surabaya. Ternyata keren pek Patunge Suroboyo iki. Difoto apik, digae background foto ya bagus. Iconik banget lah buat nunjukin ini loh Surabaya. Mlipir ke pantainnya dengan pemandangan beberapa perahu standby dan beberapa lalu lalang di laut yang mengantarkan beberapa orang menyusuri laut menuju bawah jembatan Suromadu. Kebetulan weekend dan ramai.


Nah perjalanan team menggunakan 2 perahu yang berisikan sekitar 10 orang per perahu. Kebetulan kalau saya tidak salah bersama Bapak Nanang Purwono, Penulis Sejarah Surabaya yang juga ngisi di acara seminggu yang lalu di Hotel Majapahit bersama team beliau dari JTV ikut dalam rombongan kami. Nah, jalur laut yang ditempuh adalah jalur sepanjang pinggiran Pantai Kenjeran menuju ke arah Jembatan Suromadu. Dari sini kita bisa meliat betapa gagahnya patung Suroboyo di Taman Surabaya. Beranjak sedikit ada Masjid Al Mabrur yang digunakan masyarakat setempat untuk memantau hilal guna menentukan bulan baru dalam penanggalan islam, tentunya untuk rukyatul hilal penentuan awal dan akhir ramadhan juga. Maju lagi kita akan menemui bangunan besar semi jadi yang ternyata itu adalah lapangan tembak bertaraf internasional yang dibangun oleh pemerintah kota Surabaya.


Nah mulai dari setelah ini di bagian sisi pantai sedikit kedalam terlihat puing - puing bangunan yang diyakini ini juga adalah benteng yang berdampingan dengan Benteng Kedung Cowek. Jadi di sekitaran daerah ini dulunya adalah benteng - benteng yang melindungi Kota Surabaya dari serangan laut. Dan, Benteng Kedung Cowek lah yang terlihat masih kokoh berdiri sampai sekarang. Maka dari itu akan sangat disayangkan jika benteng ini tidak dijaga dan ditetapkan sebagai cagar budaya terlebih jika bangunan ini bakalan hilang eksistensinya karena bukan lagi menjadi wewenang dari pihak pemerintah kota ataupun militer dalam hal kepemilikannya.


Beberapa meter sebelum bawah Jembatan Suromadu kami berhenti, dan inilah jalan darat kami setelah melalui jalur laut. Nah dari sini saya baru tahu kalau letak benteng ini adalah di sisi timur pojokan dari Jembatan Suromadu. Gampangnya kalau dari arah Madura setelah habis Jembatan Suromadu dan memasuki wilayah Kota Surabaya langsung aja tengok ke kiri, daerah sinilah yang merupakan Benteng Kedung Cowek. Kata orang sih benteng ini tak terlihat seperti benteng dari kejauhan. Tampak hanya sebuah tumbuhan semak dan hutan di pinggir pantai saja.

Benteng Kedung Cowek


Beberapa meter saja dari bibir pantai setelah batuan yang mungkin untuk memecah ombak atau sengaja dibuat sebagai pertahanan benteng saya juga kurang tahu, terlihatlah sebuah benteng yang besar dan terlihat kokoh walaupun banyak ditumbuhi tumbuhan liar dan lokasinya memang kurang terawat. Benteng ini pun cukup luas tetapi sayang saya tak masuk atau mungkin tak boleh atau entahlah tak ada fikiran masuk lebih jauh juga saat itu ke dalam Benteng dan melihat bagaimana dalamnya. Hanya sempat melihat dari celah di bagian atas benteng tapi gelap di dalam dan tak terlihat apapun oleh saya.

Sejarah Benteng Kedung Cowek

Kalau ngomongi sejarah, bisa dibilang saya lemah karena otak saya seakan tak bisa menampung banyaknya info yang juga bermacam - macam dari banyak pihak yang pasti punya data dan dasar masing - masing. Cuma mungkin beberpa hal yang saya tangkap dari pertemuan di Hotel Majapatit 9 Juni kemaren, Benteng ini adalah peninggalan Belanda yang tak sempat digunakan amunisinya kemudian berpindah tangan ke Jepang karena Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang sekitar 1942an ya kalau gak salah. Belum sempat digunakan juga oleh Jepang kemudian Benteng ini diambil alih oleh Indonesia setelah kemerdekaan oleh pasukan yang menamakan dirinya Batalyon Sriwijaya yang muaranya digunakan pada saat pertempuran melawan Inggris saat mempertahankan kemerdekaan pada Pertempuran 10 November 1945. Dimana dari sini juga menjadi kekuatan tempur Indonesia yang berhasil menembak salah satu pesawat Inggris yang digunakan untuk memantau jalannya perang 10 November kala itu dan salah satu korbannya adalah Brigjen Guy Loder Symonds.

Menurut beberapa literasi juga tertulis dari perang 10 November khususnya pertempuran yang terjadi di lokasi benteng ini, terdapat sekitar 200 orang gugur tanpa sempat dievakuasi jenazahnya karena gencarnya serangan pasukan Inggris. Sedangkan benteng ini sendiri baru berhasil dikuasai oleh Inggris pada 27 November 1945 dengan data sekitar 400 ton amunisi yang belum sempat ditembakan. Dapat dilihat langsung saat berada di lokasi ini, tembok - tembok benteng dengan bekas tembakan peluru terlihat masih sangat jelas dan seperti membawa kita flashback pertempuran waktu itu.

Al-Fatihah untuk para pahlawan yang telah gugur dalam pertempuran tersbut.

 
Cukup segitu kali ya sejarah singkat benteng ini, nanti kalu saya sudah dapat bukunya saya mungkin akan tuangkan kembali di sini sesuai pemahaman saya dan semoga sejalan juga dengan sejarah yang ada.

Kerja Bakti Bersama Komunitas Penggiat Sejarah

Acara kerja bakti dilakukan agak siang dan karena waktu tunggu perahu kami hampir habis, maka kami harus pulang dahulu kembali ke Taman Suroboyo. Team lain yang memang ikut dalam kegiatan kerja bakti datang terpisah juga dari rombongan kami yang lewat laut, mereka bersama - sama Komunitas Sejarah melakukan kegiatannya melalui jalur darat yang sebenarnya saya malah gak tahu aksesnya jika lewat darat. Tetpai akses di area ini memang tak dibuka untuk umum. Hanya untuk kegiatan yang berizin saja atau dari komunitas mungkin. Kalau dulu sih rumornya tempat ini dijaga agar tak ada orang dari luar yang seenaknya keluar masuk karena merupakan daerah terbatas.

Kegiatan kerja bakti ini dapat dilihat di Liputan Team Love Suroboyo melalui link berikut : Aksi Komunitas Penggiat Sejarah bersama Masyarakat sebagai kepedulian terhadap Benteng Kedung Cowek.

Foto by @abid_aboned

Sebagai bentuk kepedulian terhadap Benteng Kedung Cowek ini, juga disepakati oleh komunitas penggiat sejarah dan warga sekitar pemasangan plakat peraturan penetapan Bagunan Cagar Budaya yang ditempel di dinding benteng. Harapannya pihak - pihak terkait seperti Pemkot Surabaya untuk segera menetapkan Benteng Kedung Cowek ini sebagai bangunan cagar budaya.

Lanjut Halal Bi Halal Komunitas Love Suroboyo

Menuju kembali ke Taman Suroboyo, kami lalu melanjutkan kegiatan dengan ramah tamah di Angringan Matahari dalam acara halal bi halan Komunitas Love Suroboyo. Kumpul bareng, ngobrol, makan santapan khas daerah setempat, menikmati suasana pesisir dan juga suasana hangatnya kekeluargaan, menjadi penutup kegiatan hari ini yang istimewa sekali. Matur suwun hari ini, semoga kegiatan - kegiatan lebih postif bisa sering saya ikuti dan rasa kekeluargaan seperti ini selalu hadir dan longlast di sekitar kita. Aamiin.

Foto by @mohimronrosyadi_

Nah kegiatan lengkap kami explore Benteng Kedung Cowek dapat diintip di Youtubenya Love Suroboyo, Love Suroboyo Official. Monggo, jangan lupa subscribe, like, dan share ya. Matur Sembah Nuwun.


0 Comments